HALONUSA.COM - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) wilayah kerja Sumater Barat (Sumbar), Riau dan Kepulauan Riau (Kepri) memiliki cara tersendiri melakukan konservasi pada situs bersejarah Candi Muara Takus, Kabupaten Kampar, Riau.
BPCB mencoba penggunaan minyak atsiri sebagai pengganti bahan kimia dalam perawatan situs tersebut.
Kelompok Kerja (Pokja) Kegiatan, Muhammad Yusuf mengatakan, dalam melakukan konservasi di Candi Muara Takus, pihaknya melakukan sejumlah tahapan, di antaranya mekanis kering dan basah.
"Untuk candi ini, kita juga melakukan penyiraman minyak atsiri sebagai upaya mengurangi gulma atau lumut yang menempel di candi," katanya.
Arkeolog BPCB Sumbar, Tumini mengatakan, minyak atsiri sudah digunakan oleh Balai Konservasi di Candi Borobudur.
[caption id="attachment_10749" align="alignnone" width="1280"] Penampakan Candi Muara Takus dari udara. (Foto: Dok. Istimewa)[/caption]"Penelitian tersebut juga kami coba implementasikan di salah satu candi di kompleks Candi Muara Takus ini," kata Arkeolog BPCB Sumbar, Tumini.
Sementara itu, Tim Teknis BPCB Sumbar, Beti Astia Ningsih mengatakan, minyak atsiri disemprotkan di bagian yang banyak ditumbuhi gulma dan lumut yang melekat di dinding candi.
Pertama, bagian candi yang ditumbuhi lumut disirami minyak, menyirami bagian yang yang ditumbuhi gulma, kemudian menutupnya dengan plastik.
"Setelah ditutup selama satu hari, plastik tersebut kemudian dibuka kembali dan baru dilakukan pembersihan gulma," katanya.
Editor : Redaksi