HALONUSA - Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menyoroti risiko signifikan dari perlambatan ekonomi dunia yang dipicu oleh kebijakan suku bunga global dan ketegangan geopolitik.
Hal ini disampaikan pada saat rapat terbatas bersama sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju pada Senin, 5 Agustus 2024, di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan Jakarta.
Dalam rapat tersebut membahas Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Nota Keuangan, dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2025, dengan penekanan pada risiko ekonomi global yang dapat mempengaruhi stabilitas nasional.
Jokowi menekankan bahwa kebijakan suku bunga global dan ketegangan geopolitik, dapat menyebabkan krisis pangan dan kenaikan harga minyak, yang pada gilirannya bisa berdampak pada perekonomian Indonesia.
“Kita harus waspada terhadap risiko perlambatan ekonomi dunia, baik yang berkaitan dengan kebijakan suku bunga, maupun ketegangan geopolitik yang berpotensi memicu krisis pangan dan kenaikan harga minyak,” ujarnya dikutip Halonusa, Selasa (6/8/2024).
Presiden juga menekankan pentingnya mengakomodasi program-program presiden terpilih dalam RAPBN 2025, namun dengan tetap mengutamakan kewaspadaan terhadap faktor eksternal yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi.“Saya ingin dalam RAPBN 2025 kita mengakomodasi semua program presiden terpilih, tapi yang paling penting adalah waspada terhadap risiko perlambatan ekonomi dunia,” tambah Presiden Jokowi.
Selain itu, Presiden Jokowi menyoroti pentingnya langkah-langkah strategis untuk meningkatkan target penerimaan negara melalui kemudahan investasi dan peningkatan ekspor.
Ia menggarisbawahi bahwa fokus pada prioritas utama dalam RAPBN 2025 akan membantu Indonesia menghadapi tantangan ekonomi global.
“Optimalkan langkah-langkah untuk peningkatan target penerimaan negara. Fokus pada kemudahan investasi dan ekspor adalah kunci untuk mencapai target tersebut,” tegasnya.(*)
Editor : Dewi Fatimah