HALONUSA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengerahkan tim drone untuk memetakan area terdampak galodo di Sumatera Barat (Sumbar) serta mengidentifikasi potensi bencana susulan.
Tim drone yang terdiri dari dua personel Direktorat Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB, satu pilot drone dari Asosiasi Pilot Drone Indonesia (APDI), dan satu pilot dari Sky Volunteer, mengoperasikan tiga drone jenis tetracopter Autel Evo II.
Untuk pemetaan, tim bergerak menuju lereng Gunungapi Marapi di Kabupaten Tanah Datar, dengan fokus di wilayah Sungai Jambu, Pasir Lawas, dan Sigarunggung.
Tiga wilayah ini diindikasikan memiliki material batuan yang bisa menghambat aliran air sungai.
Sebelumnya, BNPB bersama perwakilan Forkopimda Tanah Datar telah melakukan pemantauan udara menggunakan helikopter di tiga lokasi tersebut. Namun, upaya ini tidak optimal karena cuaca buruk.
Pemetaan kali ini didasarkan pada wilayah kerja yang telah ditentukan berdasarkan analisis dan laporan area terdampak, yang dapat diakses melalui portal inaRisk di https://inarisk.bnpb.go.id/tanggapdarurat_sumbar.Meskipun cuaca mendung dan gerimis ringan, tim berhasil menerbangkan drone berwarna oranye hingga ketinggian 200 meter pada Minggu (26/5/2024), mencakup area seluas 40 hektar.
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, hasil pemantauan visual menunjukkan bahwa belum ditemukan batu besar yang dapat menghambat aliran air di Sungai Jambu, Pasir Lawas, dan Sigarunggung.
“Hasil pemetaan hari ini akan menjadi acuan untuk tindakan penanganan darurat, sesuai dengan empat langkah penanganan banjir lahar hujan di Sumatra Barat, yaitu normalisasi aliran sungai, pemasangan early warning system (EWS), pembongkaran, dan pembangunan sabo dam,” ungkapnya dalam keterangan pers, Senin 27 Mei 2024. (*)
Editor : Heru C