BMKG Dorong Pembentukan Early Warning System di Wilayah Rawan Bencana Sumbar

×

BMKG Dorong Pembentukan Early Warning System di Wilayah Rawan Bencana Sumbar

Bagikan berita
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat diwawancarai awak media di Sumbar. (Foto: BNPB)
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat diwawancarai awak media di Sumbar. (Foto: BNPB)

HALONUSA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau agar wilayah Sumatera Barat segera memiliki sistem peringatan dini untuk bencana banjir bandang dan lahar dingin dari Gunung Marapi, mengingat daerah tersebut sangat rentan terhadap bencana ini.

"Peringatan dini atau early warning system bencana banjir bandang maupun lahar dingin itu mesti berfokus pada pengamatan wilayah aliran sungai yang ada di Sumatera Barat," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Bukittingi.

Ia menjelaskan bahwa selama ini peringatan dini bencana banjir di Sumatera Barat hanya berdasarkan analisis dan prakiraan cuaca yang diterbitkan oleh BMKG.

Namun, evaluasi atas bencana banjir lahar dingin pada 11 Mei 2024 menunjukkan bahwa peringatan dini berdasarkan analisis cuaca BMKG tidak cukup menggambarkan secara langsung kepada masyarakat tentang besarnya dampak dari potensi hujan yang terdeteksi.

"Pendeteksian BMKG itu menggunakan satelit mencakup seluruh wilayah yang terpantau berpotensi hujan sedang-deras. Sementara saat banjir lahar yang lalu di wilayah hilir beberapa tidak hujan tapi hujan nya di hulu, dan ini yang kurang tersampaikan kepada masyarakat jadi kami rekomendasikan untuk ada peringatan dini khusus sungai," kata dia.

Berdasarkan peta dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang diterima oleh BMKG, diketahui bahwa Sumatera Barat memiliki sekitar 25 aliran sungai yang hulunya berada di wilayah Gunung Marapi.

Seluruh aliran sungai tersebut berpotensi menimbulkan bencana banjir bandang dan banjir lahar dingin, terutama dengan adanya potensi hujan sedang hingga deras hingga 22 Mei 2024, serta material vulkanik yang masih mengendap di puncak dan lereng Gunung Marapi akibat erupsi beberapa pekan lalu.

Secara teknis, sistem peringatan dini yang dibutuhkan meliputi pembangunan bendungan pengendalian aliran endapan atau Sabo Dam di hulu 25 aliran sungai, serta pemasangan sirene atau suar tanda bahaya yang bisa direspons langsung oleh masyarakat.

"Dalam hal ini, pihak Kementerian PUPR melalui Balai Wilayah Sungai di Sumatera Barat diharapkan dapat menindaklanjutinya, sehingga dampak bencana tersebut bisa diminimalisir di masa depan," tutupnya. (*)

Editor : Heru C
Bagikan

Berita Terkait
Terkini